Jumat, 07 Agustus 2015

HIDUP ITU MEMBOSANKAN



Di suatu pagi yang cerah, aku bangun dari tidurku. Lalu bergegas mencari handuk dan segera pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi aku mencoba pergi ke meja makan dan disana sudah terhidang beberapa makanan yang telah di hidangkan oleh ibuku pagi tadi disaat aku masih tertidur. Setelah makan sarapan lalu aku bergegas mengeluarkan sepeda montor dan pergi menuju tempat kuliahku. Disana aku belajar dan pulang saat sore hari. Setelah pulang itupun aku lantas bergegas mandi dan makan malam bersama keluarga lalu pergi belajar dan tidur. Hal ini kulakukan hampir setiap hari tanpa sebuah jeda. Mungkin saat tanggal merah atau hari libur saja rutinitasku agak berubah. Namun secara harafiah hidupku hanya sebatas ini dan itu saja.
                Aku mencoba berfikir secara jauh untuk menatap masa depan yang akan kulalui. Dan dalam pandangan dan imajinasiku itu aku membayangkan saat aku lulus kuliah, punya pekerjaan mapan. Lalu menjadi seorang ayah terhadap keluargaku dan hari-hariku akan lebih padat lagi dengan bekerja. Dalam lamunanku itu satu hal yang ingin aku katakan. Bahwa ternyata hidupku ini akan menjadi sangat membosankan.
                Aku mencoba berfikir lagi tentang kebosanan hidup yang terjadi ini. Apakah mungkin aku hanya akan hidup seperti ini saja. Tanpa sebuah jeda. Mungkin banyak orang di luar sana yang hidup lebih membosankan lagi daripada diriku ini. Aku sangat yakin sekali, bahwa kebosanan hidup ini, juga akan di alami oleh segala kalangan dari mulai kalangan tingkat tinggi ( high-class) hingga kalangan tingkat bawah. Namun mengapa orang semua merasa “betah” dengan kehidupan yang seperti ini. apakah mereka hanya mencoba menjalani yang ada tanpa sebuah pertanyaan yang pasti tentang apa yang sedang mereka lakukan saat ini? mungkin saja itu terjadi, jujur saja sebenarnya aku agak lelah dengan kehidupan yang membosankan ini. namun apa daya, tidak ada hal lain yang bisa kulakukan selain kata “Jalani saja”.
                Mungkin teori “hidup yang membosankan” yang tengah ku ungkapkan ini banyak yang tidak setuju. Alasanya, mungkin saja bahwa hidupku penuh warna karena ini ini ini ini itu itu itu bla bla dan bla. . .  namun saya katakan semua alasan yang dibuat itu sebenarnya adalah suatu alasan untuk memungkiri rasa kebosanan yang terjadi. Karena apabila saya meminta orang yang mengatakan itu untuk membuat sebuah grafik perasaan antara perasaan bosan dan perasaan tidak bosan. Saya sangat yakin bahwa grafik yang ada itu akan menunjukan perasaan bosannya. Mungkin perbandingannya ialah tiga banding delapan, karena sangat jelas bahwa sifat manusia itu adalah gampang bosan. Bahkan teori kebosanan sudah diangkat oleh ahli dan pakar ekonomi dari zaman kezaman. Sebagai contoh hokum Gossen pertama yang mengatakan bahwa titik kepuasan masyakarakat pada titik tertentu akan menurun. Teori bahkan telah menggambarkan teorinya dengan perumpaan seseorang yang sangat kehausan sedang minum air. Pada gelas pertama ia akan mencapai kepuasan yang optimal, lalu gelas kedua hingga kelas keempat dia akan mengalami kejenuhan. Oleh karena itu jangan menginkari teori saya tentang hidup yang membosankan ini.
               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar