Di suatu pagi
yang cerah, aku bangun dari tidurku. Lalu bergegas mencari handuk dan segera
pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah mandi aku mencoba pergi ke meja makan
dan disana sudah terhidang beberapa makanan yang telah di hidangkan oleh ibuku
pagi tadi disaat aku masih tertidur. Setelah makan sarapan lalu aku bergegas
mengeluarkan sepeda montor dan pergi menuju tempat kuliahku. Disana aku belajar
dan pulang saat sore hari. Setelah pulang itupun aku lantas bergegas mandi dan
makan malam bersama keluarga lalu pergi belajar dan tidur. Hal ini kulakukan
hampir setiap hari tanpa sebuah jeda. Mungkin saat tanggal merah atau hari
libur saja rutinitasku agak berubah. Namun secara harafiah hidupku hanya
sebatas ini dan itu saja.
Aku
mencoba berfikir secara jauh untuk menatap masa depan yang akan kulalui. Dan
dalam pandangan dan imajinasiku itu aku membayangkan saat aku lulus kuliah,
punya pekerjaan mapan. Lalu menjadi seorang ayah terhadap keluargaku dan
hari-hariku akan lebih padat lagi dengan bekerja. Dalam lamunanku itu satu hal
yang ingin aku katakan. Bahwa ternyata hidupku ini akan menjadi sangat
membosankan.
Aku
mencoba berfikir lagi tentang kebosanan hidup yang terjadi ini. Apakah mungkin
aku hanya akan hidup seperti ini saja. Tanpa sebuah jeda. Mungkin banyak orang
di luar sana yang hidup lebih membosankan lagi daripada diriku ini. Aku sangat
yakin sekali, bahwa kebosanan hidup ini, juga akan di alami oleh segala
kalangan dari mulai kalangan tingkat tinggi ( high-class) hingga kalangan
tingkat bawah. Namun mengapa orang semua merasa “betah” dengan kehidupan yang
seperti ini. apakah mereka hanya mencoba menjalani yang ada tanpa sebuah
pertanyaan yang pasti tentang apa yang sedang mereka lakukan saat ini? mungkin
saja itu terjadi, jujur saja sebenarnya aku agak lelah dengan kehidupan yang
membosankan ini. namun apa daya, tidak ada hal lain yang bisa kulakukan selain
kata “Jalani saja”.
Mungkin
teori “hidup yang membosankan” yang tengah ku ungkapkan ini banyak yang tidak
setuju. Alasanya, mungkin saja bahwa hidupku penuh warna karena ini ini ini ini
itu itu itu bla bla dan bla. . . namun
saya katakan semua alasan yang dibuat itu sebenarnya adalah suatu alasan untuk
memungkiri rasa kebosanan yang terjadi. Karena apabila saya meminta orang yang
mengatakan itu untuk membuat sebuah grafik perasaan antara perasaan bosan dan
perasaan tidak bosan. Saya sangat yakin bahwa grafik yang ada itu akan
menunjukan perasaan bosannya. Mungkin perbandingannya ialah tiga banding
delapan, karena sangat jelas bahwa sifat manusia itu adalah gampang bosan.
Bahkan teori kebosanan sudah diangkat oleh ahli dan pakar ekonomi dari zaman
kezaman. Sebagai contoh hokum Gossen pertama yang mengatakan bahwa titik
kepuasan masyakarakat pada titik tertentu akan menurun. Teori bahkan telah
menggambarkan teorinya dengan perumpaan seseorang yang sangat kehausan sedang
minum air. Pada gelas pertama ia akan mencapai kepuasan yang optimal, lalu
gelas kedua hingga kelas keempat dia akan mengalami kejenuhan. Oleh karena itu
jangan menginkari teori saya tentang hidup yang membosankan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar